Internship @ Ministry of Foreign Affairs

Beberapa hari sebelum keberangkatan saya ke Jakarta untuk magang di deplu, saya mendadak menjadi ragu. Keraguan ini tidak lain karena beberapa selentingan yang saya dengar dari beberapa teman, bahwa magang di Kemenlu hanya akan disia-siakan. Hanya disuruh fotokopi kek, apa kek, dan sebagainya. Apalagi, saya pribadi memang dasarnya sudah lumayan skeptis dengan instansi-instansi pemerintah.

Tapi sekarang, setelah tujuh hari magang di Deplu, saya mulai tahu bahwa keputusan yang hampir saya buat dulu untuk tidak jadi magang adalah keputusan yang salah. Atau dengan kata lain, keputusan untuk internship di sini adalah keputusan yang tepat. Meskipun akan lebih tepat kalau liburan semester ini saya dapat kesempatan magang di Total atau Chevron sih 😦 hehehe. Anyway, tempat saya magang berada di kompleks gedung Deplu yang terdiri dari beberapa gedung seperti gedung Pancasila, gedung utama (tempat Pak Marty Natalegawa), BPKP (tempat magang saya) dan sebagainya.

Di Deplu ini, saya mendapat bagian untuk magang di divisi Aspasaf a.k.a Asia Pasifik dan Afrika. Saya suka dengan ritme kerjanya yang serius tapi santai. Ada satu diplomat muda yang benar-benar saya kagumi di sini. Namanya mbak Banga. Dari awal langsung kelihatan kalau pinter, cekatan, tapi juga care banget. Saya langsung respek dengan mbak Banga sejak saat dia memperkenalkan Aspasaf kepada kami anak magang di hari pertama. Dia bilang, di sini kerjaan kami mungkin akan lebih banyak yang berupa administratif dan belum substantif mengingat waktu magang kami hanya satu bulan. Saya suka karena dia langsung memberi kami fakta, bukan harapan palsu (apasih harapan palsu bahasanya).

Di hari pertama, saya belajar untuk merekap kawat masuk, surat masuk dan surat keluar (fyi, kalau kawat itu berarti surat dari luar negeri dan kalau surat itu dari dalam). Hari itu saya juga belajar mengenai brafaks. Kata Mas Aat (salah satu diplomat muda, yang juga lulusan HI UGM 2004), wikileaks yang kemarin heboh itu berasal dari brafaks-brafaks juga. Saya senang karena kami boleh membaca brafaks-brafaks itu, tapi hanya yang tidak ada tulisan rahasianya. Untuk brafaks rahasia, anak magang tidak diperkenankan untuk membaca. Sedih sih, karena sepertinya brafaks-brafaks yang rahasia itu menarik hehe.

Hari berikutnya, secara sangat kebetulan saya bertemu dengan Pak Marty Natalegawa saat hendak pulang. Beliau melihat ke arah kami (saya dan beberapa teman), dan menganggukkan kepala. Refleks saya norak sekali lho, setelah Pak Marty naik mobil saya langsung histeris begitu deh. Andai bisa diulang, sepertinya saya ingin memilih untuk lebih bersikap kewl gitu deh.

Hari keenam dan ketujuh, atau hari ini, sepertinya adalah hari paling hectic selama seminggu magang. Tanggal 11 Agustus nanti, divisi saya yakni Aspasaf, akan menyelenggarkan acara launching buku. Jadi dua hari terakhir ini kerjaan kami anak magang sedikit lebih banyak dari biasanya. Kami ngefaks ke beberapa pihak (yang sumpah, nama-namanya sering sekali saya dengar di TV atau lihat di buku), neleponin para dubes (ada satu dubes yang nomer kantornya susah dihubungi dan akhirnya saya hubungi nomer handphone pribadinya. Waktu ngomong sama pak dubes rasanya agak deg-degan gitu deh. Sori yaaa, lebay dan norak hehe) dan sebagainya. Dan tahu nggak sih, andai saja saya bawa kendaraan sendiri dan tidak terikat, saya sepertinya akan bertahan lama sekali di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan magang saya. Ya, saya sadar secara tidak sengaja bahwa sepertinya saya akan menjadi tipikal pekerja yang workaholic nanti.

Oh ya, beberapa pelajaran dari seminggu internship yang membuat saya merasa bersyukur tidak jadi membatalkan program magang saya adalah:
1. Your network is your networth. Sampai sekarang masih berusaha memperbanyak network di sini. Pengen kenal lebih baik sama lebih banyak orang-orang hebat seperti Mbak Banga dan Mbak Ade dari Amerop deh. Agak menyimpang dari proyek magang, mumpung di Jakarta saya juga ingin memanfaatkan kesempatan. Jadi weekend ini nanti kayaknya akan ikut Indonesian Youth Day 2011 di @America Pacific Place.
2. Tahu ritme orang kerja itu seperti apa.
3. Tahu cari fotokopi yang baik dan benar biar nanti kalau dapet beasiswa S2 di luar nggak kagok fotokopi (AMIN).
4. Tahu cari ngefaks (hehehe).
5. Mendapat beberapa bahan untuk skripsi (walaupun tema skripsi saya saja masih bingung antara A atau B).
6. Tahu kontak-kontak perwakilan Indonesia di luar dan lainnya, kepikiran untuk minta donasi ke sana kalau ingin ikut MUN atau acara semacamnya lagi.
7. Tahu kalau saya semakin ingin bekerja di MNC, khususnya Total. Karena saya belajar di sini, kalau saya bekerja di bidang yang tidak saya minati, pasti sehari-hari kerja rasanya kayak neraka. Nggak akan tahan.

Begitu. Habis ini saya akan semakin giat cari cara untuk bisa dapet kesempatan magang di perusahaan minyak, yang MNC hehehe.

7 thoughts on “Internship @ Ministry of Foreign Affairs

  1. Hallo mbak faelasufa. Ceritanya menarik banget mbak, jadi pengen ikutan magang di deplu juga, sambil ngisi waktu luang. Hehe.
    Boleh minta infonya mbak, kalau mau magang di deplu apa kita harus hubungin dulu unit kerjanya atau langsung masukin aja berkasnya? Kalau harus hubungin dulu, boleh minta konta yang bisa dihubunginnya mbak. Terima kasih banyak sebelumnya. Sukses selalu. 🙂

    1. Halo, mbak faelasuha. Boleh minta info nya kalau mau magang di deplu apa kita harus hubungin dulu unit kerjanya terkait atau langsung masukin aja berkasnya? Kalau harus hubungin dulu, boleh minta contact Human Resources yang bisa dihubunginnya gk mbak ? Thanks :))

  2. This is exactly what I feel now.
    Sekarang aku lagi magang juga di Diplik, mbak.
    Emang kita cuma harus lebih banyak bersyukur ya.
    Salam kenal, mbak Faelasufa. 🙂

Leave a reply to faelasufa Cancel reply